Bagaimana Ramadan Menempa Karakter Baru Seorang Muslim

  • Selasa, 4 Maret 2025
  • 48 views

PPM.ALHADI–Sebuah karakter akan terbentuk melalui perilaku yang dilakukan secara berulang-ulang. Kemudian, perilaku tersebut lambat laun akan membentuk sebuah kebiasaan baru yang melekat dalam diri seseorang.

Bulan Ramadhan bukan sekadar ajang menahan lapar dan dahaga. Ia adalah proses panjang pembentukan karakter, sebuah momentum di mana seorang Muslim diuji dan ditempa agar menjadi pribadi yang lebih baik. Adapun, karakter yang dimaksud adalah karakter orang-orang yang bertaqwa, sebagaimana Allah SWT firmankan dalam surat Al-Baqarah ayat 183:

{ یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَیۡكُمُ ٱلصِّیَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِینَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ }
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Ringkasnya, Ramadhan bukan hanya ritual fisik, tetapi juga metode ilahi untuk membangun kebiasaan baru yang mengakar dalam diri seseorang.

Sedangkan taqwa di kalangan para ulama memiliki banyak definisi. Meski demikian, semua definisi tersebut bermuara pada satu konsep yang menyatakan bahwa, taqwa merupakan upaya seorang untuk melaksanakan seluruh perintah dan menjauhi larangan Allah SWT.

Karakter Dibentuk Melalui Kebiasaan Yang Berulang
Ilmu psikologi modern menegaskan bahwa karakter seseorang dibentuk melalui perilaku yang dilakukan secara berulang. Dalam buku Atomic Habits, James Clear mengutip penelitian Maxwell Maltz, seorang ahli bedah plastik pada tahun 1960, yang menemukan bahwa butuh minimal 21 hari bagi seseorang untuk menyesuaikan diri dengan kebiasaan baru. Hal ini, didasarkan pada penelitiannya yang menggunakan sampel pasien-pasien bedahnya ketika melakukan penyesuaian mereka terhadap lingkungan dan situasi baru.

Jika dihubungkan dengan Ramadhan, kita berpuasa selama kurang lebih 30 hari, lebih lama dari batas minimal pembentukan kebiasaan yang dikemukakan Maltz. Yang kemudian jika dilihat melalui kacamata sains, membuktikan keabsahan mengenai bagaimana seorang muslim mampu menempa karakter baru pada diri mereka, yakni sebagai orang yang bertaqwa.

Ramadhan sebagai Proses Transformasi Karakter

Pertama, disiplin dan pengendalian diri. Saat berpuasa, seorang muslim belajar menahan diri dari hal-hal yang halal di waktu biasa, seperti makan dan minum. Ini membangun kontrol diri dan melatih kesabaran, sebuah karakter yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.

Kedua, keikhlasan dan ketulusan. Puasa adalah ibadah yang hanya diketahui oleh Allah. Tidak ada yang bisa memastikan apakah seseorang benar-benar berpuasa atau diam-diam membatalkannya. Ini mengajarkan kejujuran dan ketulusan, dua sifat utama yang dimiliki oleh orang yang bertakwa.

Ketiga, empati dan kepedulian sosial. Dengan merasakan lapar dan haus, seorang Muslim lebih memahami penderitaan orang-orang yg kurang mampu. Ini melahirkan karakter kasih sayang dan kepedulian, mendorong untuk berbagi melalui syari’at zakat dan sedekah.

Keempat, konsistensi dalam kebaikan. Ramadhan dipenuhi dengan berbagai ibadah seperti shalat tarawih, membaca Al-Qur’an, dan menghidupkan malam dengan ibadah. Konsisten terhadap amalan-amalan ini akan menciptakan keterbiasaan dengan rutinitas kebaikan dalam alam bawah sadar seorang muslim, sehingga pasca Ramadhan, kebiasaan baik ini tetap langgeng didawamkan.

Kelima , kebersihan hati dan jiwa. Puasa bukan hanya menahan makan dan minum, tetapi juga menjaga lidah dari perkataan buruk, hati dari dengki, serta anggota tubuh dari maksiat. Inilah proses penyucian diri yang menjadikan seorang muslim lebih sadar dan pekan akan akhlaknya.

Ramadhan: Investasi Jangka Panjang dalam Karakter

Setelah kita memahami bahwa karakter dibentuk melalui latihan dan pengulangan, maka Ramadhan bukan hanya bulan ibadah, tetapi juga bulan pembentukan diri. Semua latihan yang kita jalani selama 1 bulan berpuasa adalah investasi jangka panjang untuk menjadi Muslim yang lebih baik, tidak hanya selama Ramadhan, tetapi juga di bulan-bulan berikutnya.

“Barang siapa yang keluar dari Ramadhan dalam keadaan yang sama seperti sebelumnya, maka ia telah menyia-nyiakan Ramadhan.”

Mari kita manfaatkan bulan suci ini dengan kesadaran penuh, menjadikannya bukan hanya sekadar ritual, tetapi juga lompatan besar dalam perubahan diri.

Wallahu A’lam

Oleh: PPM Alhadi

Admin Pesantren Pelajar dan Mahasiswa Al-Hadi, Arumdalu, Krapyak Wetan, RT 08, Panggungharjo, Sewon, Bantul, DIY

Hubungi Kami

Hubungi Kami jika Anda membutuhkan bantuan, atau informasi seputar PPM Al-Hadi, Kami akan dengan senang hati membantu Anda